Mosfeed Summary

Me & My Half Dien

#Family #Jodoh #Qalbu
11 Session - 15.8K Views
Rp 108.900
Part 1

EPS.07 SISI LAIN PERNIKAHAN USTADZ OEMAR MITA

ME & MY HALF DIEN

EPS.07 SISI LAIN PERNIKAHAN

USTADZ OEMAR MITA

 

CHAPTER 31 - CINTAMU JANGAN BERLEBIHAN, ALLAH YANG PALING BERHAK

Jangan terlalu besar ketika kita mencintai pasangan sampai mengalahkan cinta kita kepada Allah. Karena sesungguhnya tidak ada yang mutlak kita cintai kecuali hanya Allah. Siapapun yang mencintai manusia lebih besar daripada kecintaannya pada Allah & Rasul-Nya, maka banyak hal yang akan terjadi pada kehidupan

 

Allah akan menguji kita kepada titik lemahnya kita, karena biasanya seseorang memiliki titik lemah ketika cinta kepada manusia terlalu besar daripada cinta yang diberikan kepada Allah. Ini merupakan hal yang sulit, karena di satu sisi kita harus mencintai pasangan, tetapi di satu sisi cinta kita kepada pasangan adalah kecintaan yang membangun cinta kita kepada Allah. Dan ingat, jangan sampai cinta itu melebihi kecintaan kita kepada Allah. Menjadikan kita mudah terperosok pada perkara keburukan, karena kita akan membenarkan apapun yang kita lakukan untuk mengikuti seseorang yang kita cinta. Banyak orang yang diperbudak oleh rasa cinta kepada pasangan, akhir -nya membabi buta melakukan apapun untuk menyenangkan hati pasangan

 

Kita memang harus mencintai orang yang telah Allah hadirkan dalam kehidupan keluarga kita, tetapi kita tidak boleh mencintainya melebihi kecintaan kita kepada Allah. Ada sebuah riwayat Imam Hakim dari Sahl bin Sa'ad, Rasulullah bersabda, "Jibril datang kepadaku, kemudian ia mengatakan, 'Wahai Muhammad, lakukanlah apapun yang engkau inginkan, tetapi ingat bahwa kau adalah calon mati (mayat). Cintailah siapapun, tapi kau harus tahu bahwa kau akan berpisah dengannya.'

 

CHAPTER 32 - PERNIKAHAN TIDAK MENJANJIKAN KEPUASAN, TAPI MEMBERIKAN KEBERKAHAN

Pada dasarnya, kita memang menikah dengan seseorang yang asing pada hidup kita sebelumnya. Bagaimanapun istri & suami kita bukan mesin pemuas yang bisa membahagiakan 1x24 jam setiap harinya. Sehingga kalau tiba-tiba kita mendapatkan sesuatu yang menyesakkan dada dari pasangan, maka kita harus bersabar, karena sejatinya pasangan tidak bisa membahagiakan kita setiap waktu. Ada sebuah kata-kata hikmah berbunyi, "Kalau kita tidak terbiasa dan tidak siap menerima kekurangan pasangan kita, artinya kita juga tidak berhak menikmati keistimewaan dan kebaikan pasangan kita." Kalau memang pernikahan tidak selalu menjanjikan kepuasan, maka kita harus siap kalau tiba-tiba menjumpai sesuatu yang tidak pernah terduga datang pada kehidupan rumah tangga kita

 

Ada sebuah kisah dari seorang Ulama bernama Ibnu Libad Al-Maliki yang berasal dari Afrika (332 H). Beliau adalah orang yang baik, zuhud, bertakwa, dan lembut, tapi beliau mendapat seorang istri yang betul-betul menguji kesabaran. Akhirnya, istrinya pernah menuduh suaminya berzina tanpa bukti, tuduhannya itu sampai diketahui banyak orang, padahal beliau tidak pernah berzina. Ketika mendapati istri yang semacam itu, beliau sedih. Banyak orang yang mendesak kepada beliau untuk menceraikan istrinya karena sudah melampaui batas. Tetapi beliau tidak mau menceraikan istrinya, lalu beliau berkata, "Setiap orang memiliki ujian, dan ujianku terletak pada istriku." Akhirnya beliau bersabar menghadapi istrinya, itulah yang beliau harapkan bisa memberikan kebaikan dan keberkahan untuk beliau. Dan kalau kita mendapati pasangan kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan dan ekspektasi kita, maka jangan pernah membiarkan hati kita dikudeta oleh bisikan/hasutan setan, dan tanamkan bahwa pernikahan itu tidak menjanjikan kepuasan, tetapi sejatinya pernikahan itu memberikan keberkahan, selama kita mampu menjadi orang yang senantiasa bersabar.

 

CHAPTER 33 - PERNIKAHAN BUKAN HIDUP BERSAMA, TETAPI IBADAH BERSAMA

Orang yang menikahnya karena Allah, dengan orang yang menikah hanya karena hasrat itu berbeda. Karena orang-orang yang menikah karena hasrat menjadikan perjumpaan dengan pasangannya hanya sesuatu yang sifatnya having fun, tetapi mereka tidak pernah berkomunikasi untuk beribadah dan taat kepada Allah. Maka perlu dipahami oleh orang yang beriman ketika dia menikah, bahwa pernikahan bukan hanya sekedar hidup bersama, tetapi sejatinya pernikahan adalah ibadah bersama, itu yang membedakan antara Mahabbah dan Mawaddah. Setiap orang bisa hidup bersama, tetapi belum tentu bisa ibadah bersama.

 

Rasa butuh pada pasangan untuk bisa membersamai kita di dalam ibadah merupakan suatu kenikmatan yang sangatlah besar. Tetapi cinta itu belum tentu bisa menghadirkan rasa saling membutuhkan untuk beribadah kepada Allah. Padahal rasa butuh inilah yang menjadikan seseorang ketika dalam pernikahan tidak hanya sekedar Mahabbah, tapi pernikahan juga menjadi sebuah kekuatan besar yaitu Mawaddah yang langsung Allah turunkan.  Kalau kita telah mendapat rasa cinta, tetapi kita belum diberikan semangat untuk saling menuntun & dituntun dalam ketaatan, maka mintalah kepada Allah supaya diberikan rasa cinta yang mampu menuntun untuk beribadah & taat kepada Allah. Mungkin pertengkaran yang terjadi pada kehidupan kita itu bukan hanya karena perbedaan latar belakang, tapi bisa jadi pertengkaran itu disebabkan karena kita tidak pernah melaksanakan ibadah dan ketaatan bersama pasangan kita

 

Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah mengatakan, "Allah berfirman, kalau ada seorang hambaKu beribadah yang wajib, lalu menambahkan dengan yang sunnah sampai Aku jatuh cinta kepadanya, maka Aku akan menjaga dari pendengarannya, penglihatannya, dan kakinya dari perkara-perkara yang bisa mendatangkan murka pada kehidupan mereka." Artinya, ibadah bisa menghilangkan cobaan, dan ketaatan bisa menghilangkan bala pada kehidupan manusia

 

CHAPTER 34 - BUNGA YANG MEMBUATMU TERSENYUM, ATAU DURI YANG MEMBUATMU TERLUKA

Orang yang menikahnya karena Allah, dengan orang yang menikah hanya karena hasrat itu berbeda. Karena orang-orang yang menikah karena hasrat menjadikan perjumpaan dengan pasangannya hanya sesuatu yang sifatnya having fun, tetapi mereka tidak pernah berkomunikasi untuk beribadah dan taat kepada Allah. Maka perlu dipahami oleh orang yang beriman ketika dia menikah, bahwa pernikahan bukan hanya sekedar hidup bersama, tetapi sejatinya pernikahan adalah ibadah bersama, itu yang membedakan antara Mahabbah dan Mawaddah. Setiap orang bisa hidup bersama, tetapi belum tentu bisa ibadah bersama. 

 

Tidak semua orang diberikan takdir yang manis di dalam kehidupan berumah tangga. Yang datang di teras kehidupan kita ketika berkeluarga ada 2 macam, ada yang membawa bunga dan menjadikan kita tersenyum, ada yang membawa duri dan menjadikan kita terluka. Sebagaimana Nabi Luth ketika mendapatkan seorang istri yang tidak beriman dan Walihah (loyal kepada kaum Nabi Luth). Ketika Nabi Luth kedatangan tiga tamu (Malaikat) dengan wujud yang begitu rupawan, maka seketika itu rumah beliau dikepung oleh kaumnya yang ingin memperkosa tiga tamu tersebut, di mana informasi itu dibocorkan oleh istrinya. Oleh karena itu, istri Nabi Luth ikut mendapat azab yang pedih dari Allah.

 

Kita tidak bisa menentukan siapa yang hadir di teras kehidupan kita, karena kita hidup sesuai takdir yang telah Allah tentukan pada kehidupan manusia. Maka kita jangan gampang menyalahkan & mengadili keluarga orang lain. Ketika seseorang diberikan ujian pada keluarganya, itu karena Allah yang paling tahu apa maksud dibalik setiap takdir, dan kita diperintahkan untuk mengambil hikmah. Itulah cara Allah menciptakan lintas takdir pada kehidupan pernikahan setiap hamba-Nya.

 

CHAPTER 35 - ADA SYAITHAN DALAM RUMAH TANGGAMU

Kita harus memahami, bahwa pada setiap rumah tangga itu ada setannya. Ada sebuah riwayat dari Rasulullah, bahwa setiap pagi setan itu dikondisikan oleh Iblis untuk apel besar sebelum berangkat ke peraduan untuk menyesatkan manusia. Ketika sore hari, setan kembali melapor kepada iblis, tiidak ada satupun laporan yang direspon iblis kecuali laporan setan yang berhasil menceraikan pasangan suami istri. Iblis memuji, "Sesungguhnya sebaik-baik setan adalah dirimu."

 

Tidak ada strategi yang diinginkan setan kecuali menjadikan terjadinya perzinaan di antara pasangan yang belum menikah, dan menceraikan pasangan yang sudah menikah. Itulah mengapa ketika di dalam rumah kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an dan melakukan ibadah-ibadah sunnah

 

Sejatinya ibadah itu bisa memadamkan setiap perangkap setan yang menempel pada rumah kita. Sadar atau tidak sadar, banyak pertengkaran yang terjadi dalam rumah tangga itu disebabkan karena hal sepele, tetapi banyak di antara perkara kecil itu menjadi pertengkaran besar dan menjadi sebab ketidakharmonisan pada keluarga. Perkara itu bisa terjadi ketika kita tidak menyadari bahwa ada setan di dalam rumah. Maka ketika sedang terbakar emosi, setidaknya kita sadar bahwa itu bukan karena masalahnya, tetapi karena setan ada di tengah-tengah kita

 

Seringlah membaca Al-Qur'an & mendengarkan murottal ketika di dalam rumah, bukan dengan lagu/musik. Jangan membuat suasana rumah dan komunikasi dengan pasangan kita menjadikan setan merasa nyaman. Karena, disebutkan bahwa, "Maka mereka (setan) mempelajari dari keduanya (malaikat) apa yang (dapat) memisahkan antara suami dengan istrinya." (QS. Al-Baqarah : 102)

 

CHAPTER 36 - KARENA KEHARMONISAN ITU MASIH ADA SAMPAI SEKARANG

Salah satu tujuan kita dalam pernikahan adalah mendapat sebuah keharmonisan (Qurrota A'yun), "Dan orang-orang kemudian berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) & jadikan kami pemimpin bagi orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan : 74) 

 

Di antara fenomena hari ini, banyak orang yang enggan menikah, sebagaimana banyak orang juga enggan memiliki anak. Karena mereka menganggap bahwa kebahagiaan di dalam pernikahan itu sudah tidak ada. Maka jangan sampai kita membenarkan mindset tersebut, sehingga kita lebih condong untuk skeptis dan berpikir negatif tentang keluarga kita. Pemikiran seperti ini biasanya digemari oleh anak-anak yang orang tuanya broken home. Maka perkara ini tidak boleh kita diamkan, karena merupakan perkara yang salah

 

Kita harus memahami bahwa Qurrota A'yun itu ada, sebagai hasil dari perjalanan & effort panjang pada kehidupan manusia. Setiap orang ketika mendapat Qurrota A'yun dalam pernikahan itu terkadang membutuhkan waktu yang berbeda-beda, tergantung bagaimana proses kita di dalam menjaga keluarga kita. Maka jangan memulai keluarga kita dengan sesuatu yang skeptis bahwasa keharmonisan itu tidak ada. Kalaulah kita berpikir demikian, kita akan mendapatkan sebagaimana yang kita pikirkan, karena Allah bersama prasangka hamba-Nya.

 

Sekeras apapun ujian yang hari ini kita rasakan bersama keluarga kita, maka

jangan pernah putus asa dqn yakinlah bahwa keluarga kita bisa baik-baik saja

kedepannya. Jangan pula hilang harapan bahwasanya kita akan mendapatkan

Qurrota A'yun, karena Allah akan selalu ada bagi siapapun yang berusaha.

 

CHAPTER 37 - PERNIKAHAN SELAYAKNYA REM KENDALI KEMAKSIATAN

Harusnya pernikahan menjadi tali kendali dari perbuatan kemaksiatan. Memang manusia itu pendosa, tetapi kita harus tahu waktu, kapan harus berhenti dari dosa dan kemaksiatan. Dan tidak ada waktu yang tepat kecuali salah satunya ketika sudah menikah dan mempunyai anak keturunan. Maka seorang Ahlul Hikmah pun mengatakan bahwa ada dua waktu emas untuk kita berhenti dari kemaksiatan.

 

Ketika orang tua sudah wafat. Karena dosa dan kemaksiatan yang kita perbuat bisa mengahalangi doa kita kepada orang tua kita. Kalau berbuat dosa karena khilaf dan dorongan syahwat, maka cepatlah untuk bertaubat supaya doa kita kepada orang tua kita tidak tergantung dan tertolak di pintu langit

Ketika telah memiliki anak. Karena terkadang Allah menjadikan pernikahan itu sebagai alasan bagi kita untuk berhenti dari dosa dan kemaksiatan. Kalaulah penyakit dan genetika saja bisa menurun kepada anak, keturunan, maka dosa dan kemaksiatan juga akan berdampak besar pada anak keturunan

 

Kalau pernikahan itu tidak mampu menghentikan laju dosa dan kemaksiatan kita, maka akan ada banyak masalah dalam kehidupan kita berkeluarga. Oleh karena itu, keluarga yang berkah itu bukan mereka yang bertambah hartanya, tetapi keluarga yang berkah itu ketika bertambah usia mereka, maka bertambah banyak dosa yang mereka tinggalkan, itulah keluarga yang berproses dalam ketaatan.

 

CHAPTER 38 - SHALIH BELUM TENTU CUKUP DI DALAM PERNIKAHAN

Kadang pernikahan tidak hanya membutuhkan keshalihan, tapi juga membutuhkan banyak keterampilan. Sebagaimana kisah Zaid bin Haritsah ketika menikah dengan Zainab binti Jahsy, di mana keduanya ini orang shalih. Tetapi pernikahan mereka berakhir tragis, Zainab merasa tidak bisa mencintai suaminya, dan Zaid merasa tidak mendapat penghormatan yang layak dari istrinya. Setelah bercerai, Zaid menikah dengan Ummu Aiman, dan Zainab dinikahi oleh Rasulullah. Dari kisah tersebut, kita mendapatkan pelajaran bahwa keshalihan itu belum tentu menjamin keselarasan dan kebersamaan pasangan di dalam pernikahan. Maka banyak sekali instrumen di dalam pernikahan yang harus kita mengerti. Memang shalih itu penting dan menjadi yang utama, tetapi harus ada instrumen lain seperti keselarasan latar belakang, gaya komunikasi yang baik, dsb

 

CHAPTER 39 - IHTISAB ADALAH ENERGI YANG TAK AKAN HABIS PADA KEHIDUPAN BERKELUARGA

Banyak orang merasa bahwa motor penggerak pada pernikahan itu terletak pada rasa cinta. Padahal itu terletak pada ihtisab, di mana sikap ini dimiliki oleh orangorang yang senantiasa menjaga hatinya dan terus mengimani hari akhir.

 

Ada sebuah kisah dari seorang Syeikh bernama Abu Muhammad Al-Qayrawani, beliau memiliki istri yang sangat buruk perilakunya, sering tidak menjalankan kewajiban dan sering menyakiti Abu Muhammad Al-Qayrawani. Sampai beliau mendapatkan berbagai macam tuduhan dari orang-orang di sekitarnya, maka pada saat itu beliau mengatakan, "Saya telah diberikan oleh Allah nikmat yang banyak ketika saya memiliki semua tentang urusan dunia. Maka di situlah saya paham, bisa jadi perempuan ini dikirimkan kepada saya untuk menghukum saya atas dosa saya. Kalau saya menceraikannya, saya khawatir akan dikirimkan dengan perempuan yang jauh lebih buruk daripada istri saya hari ini."

 

Kalau kita bertahan ketika menghadapi pasangan yang telah membuat kita sakit hati dan kecewa, maka ingatlah bahwa keimanan kepada hari akhir itu besar, dan ada kehidupan berikutnya setelah kehidupan dunia. Kalau ada ihtisab, maka kita tenang, karena tidak ada kalah dan menang dalam pernikahan. Pernikahan tidak mencari kepuasan, tapi pernikahan adalah bentuk ibadah kepada Allah, supaya di alam Barzakh dan ketika berjumpa dengan Allah kita mempunyai modal yang bisa dibanggakan atas harapan pahala dan ridha-Nya ketika membersamai pasangan. Sebesar apapun masalah yang kita jumpai, selama kita kembalikan masalah tersebut dengan mengharap pahala di sisi Allah, maka itu akan menjadi sebuah kekuatan. Kita bisa menumbuhkan ihtisab di dalam hati kita dengan senantiasa mendekat kepada Allah dan menebalkan keyakinan kita kepada hari akhir

 

CHAPTER 40 - PERNIKAHAN BUKAN HANYA SEKEDAR URUSAN BIOLOGIS, NAMUN JUGA IDEOLOGIS

Nabi Sulaiman yang memiliki 100 istri, dan suatu malam beliau ingin mencampuri istrinya supaya dari setiap istrinya itu lahirlah seorang anak lali-laki yang berjuang membela agama Allah. Hanya saja pada saat itu Nabi Sulaiman lupa membaca "InsyaaAllah" , sehingga tidak ada yang hamil di antara 100 istrinya kecuali hanya satu, itupun anaknya dalam kondisi yang terbatas. Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa dalam urusan biologis saja Nabi Sulaiman masih memikirkan agama Allah. Jangan sampai nanti ketika kita punya anak tetapi dianggap oleh Allah sebagai orang yang mandul. Rasulullah bersabda, "Orang yang mandul itu bukan orang yang tidak punya anak, tapi orang yang mandul itu orang yang punya banyak anak, tapi dari sekian banyak anaknya tidak ada yang membantu agama Allah." Siapapun yang ketika dia bertemu dengan pasangannya tapi tidak ada niat untuk membantu agama Allah, dan kalau dia punya anak yang dipikirkan hanya supaya anaknya sukses & jadi kaya raya dalam pencapaian duniawi semata, maka itulah yang disebut sebagai orang yang mandul.

 

Please order to continue read
IDR 108.900
Login & Order