

Mosfeed Summary
Make Peace with Yourself (Manual)
Make A Peace On Yourself - (Ustadz Oemar Mita)
MAKE A PEACE ON YOURSELF
EPS.01
MINDSET, MENTAL & ISLAM
Penyakit Psikis maupun Fisik sejatinya dapat menyerang kehidupan manusia. Rasulullah bersabda “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut.”
Allah itu Maha sempurna, diantara kesempurnaan Allah yaitu Allah Maha Penyembuh. Ingatlah kisah tentang Nabi Ayub. Beliau sakit dengan 1 penyakit yang hampir manusia pada saat itu menganggap mustahil untuk sembuh, tapi bagi Allah dapat memberikan kesembuhan bagi Nabi Ayub dalam sekejab.
Islam itu tidak hanya sekedar masalah fiqih, tetapi islam itu mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Ada 2 keuntungan bagi mereka yang senantiasa mempelajari ilmu, yaitu :
-
Memperoleh hati yang bersih, terbebas dari syahwat duniawi dan lainnya
-
Mendapatkan Akal yang benar, Akal dan hati senantiasa berkorelasi dengan baik
Para ulama mengatakan “Hati yang bersih membutuhkan akal yang benar”. Dari sini lah kita memahami bahwa salah satu tugas besar dalam masalah hidup ialah tentang masalah hati, tetapi banyak kita dapati, diantara manusia selalu lalai dalam hal ini, makanya banyak dijumpai orang orang dengan masalah terkait akal atau hatinya.
Apalagi di zaman fitnah saat ini, bukan hanya megahnya bangunan masjid dan sedikit yang beribadah atau waktu yang berjalan begitu cepat, tetapi termasuk di zaman fitnah adalah manusia yang mereka berada dalam seluruh problematika yang tertekan, dan mengharapkan kematian untuk mengakhiri fikiran yang tertekan tersebut. Berdasarkan data penduduk dengan usia diatas 15 tahun, ada 19 juta WNI dari populasi yang ada telah mengalami mental illness. 15 juta diantaranya mengalami depresi dalam kehidupan yang dijalani.
ANTARA ISLAM DAN MENTAL HEALTH
Ibadah itu sejatinya terbagi menjadi 2, Ada ibadah yang dilakukan oleh hati dan ada ibadah yang fisik. Sejatinya, Allah menyukai orang orang yang Amalan Hatinya besar. Banyak di dapati para ulama terdahulu memiliki hati yang tenang dan kehidupan yang tanpa tekanan. Fudhail bin Iyadh pernah berkata “Tidak mungkin kita mampu menyusul amalan yang dilakukan para sahabat dengan shalat dan puasa kita. Kita akan menyusul kualitas ibadah para sahabat dengan amalan hati kita”
Jangan terfokus saja pada amalan fiqih dan mengabaikan masalah hati kita. Pernahkah kita perhatikan bagaimana kondisi fikiran kita ? Sadar atau tidak, ternyata kita sudah terlanjur lalai dan abai terhadap apa yang ada di fikiran kita.
Imam Al-Ghazali berkata “Tugas dari para penuntut ilmu bukan hanya selalu melakukan murojaah dari hafalan yang sudah dimiliki. Tetapi merupakan tugas besar bagi kita semua adalah bagaimana ia menjernihkan dan memperbaiki fikirannya”
Para ulama juga menjelaskan perjuangan yang berat ialah perjuangan ketika kita mencoba mengendalikan hati, dan menetralisir hati kita untuk senantiasa berada dalam hal hal yang selalu Allah ridhai.
Saat kita Tadabburi QS.Al-Falaq, kita memohon pertolongan Allah untuk godaan godaan yang ada hanya 1 kali saja, tetapi dalam QS.An-Nas kita memohon pertolongan Allah sampai 3 kali untuk membersihkan akal dan hati kita.
Setan itu selalu merusak akal kita. Dari sinilah kita pahami bahwa urusan mental illness ini adalah masalah yang penting.
Bagi kita yang mungkin sedang di uji dengan kesehatan mental ini, janganlah merasa sendiri, dan jangan pula berputus asa, karena pasti Allah menyediakan obatnya. Islam itu selalu menemani kita, Islam selalu memberikan obat untuk setiap orang yang berjibaku dengan fikirannya. Karena kasih sayang Allah diiringi dengan sifat Asy-Syafii yang maha menyembuhkan kepada setiap makhluknya.
HUBUNGAN MENTAL ILNESS DAN IBADAH
Berikut ini adalah beberapa hubungan antara Mental illness dan ibadah
-
Ada yang menganggap antara mentall illness dan ibadah tidak ada hubungannya sama sekali, orang orang yang termasuk golongan ini merasa tidak ada yang perlu dievaluasi dan tidak ada yang perlu untuk diluruskan
-
Ada yang menganggap bahwa mentall illness ini sangat berhubungan dengan ibadah seseorang, merasa bahwa diri ini dibenci Allah, merasa diri tidak dimaafkan oleh Allah dan lainnya
Namun harus kita sadar bahwa tidak mungkin seseorang merasakan apa yang ia derita saat ini, tanpa ada penyebabnya.
Allah berfirman “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS.Ar-Rum:41)
Kita harus sadari, daratan dan lautan saja rusak akibat dari perbuatan manusia, maka begitu pula yang terjadi pada tubuh manusia. Maka bisa jadi, yang terjadi dalam diri kita ini adalah disebabkan karena diri kita sendiri.
Ingatlah kisah tentang seorang ulama yang bernama Ma’khul, Ulama tersebut sangat shalih, beliau pernah melakukan shalat dan di sampingnya ada seseorang yang sedang menangis saat shalatnya. Kemudian Ma’khul hanya berkata dalam hati “Ia adalah seseorang yang riya, jika ingin menangis, maka menangislah tengah malam, jangan di depan banyak orang” kemudian ia pun pulang ke rumahnya. Saat malam, ma’khul mulai kegelisahan dalam hatinya. Ia tidak bisa menangis saat qiyamulail, hal ini berlangsung terus menerus, semakin hari kegelisahannya semakin bertambah. Di hari ke 30, ma’khul diberi ingatan oleh Allah, tentang prasangka buruknya kepada orang yang sedang menangis saat shalat. Akhirnya ma’khul datang kembali ke masjid yang sama, dan mencari orang yang shalat sambil menangis. Mak’hul memeluk orang tersebut dan meminta maaf dan orang tersebut memaafkannya. Saat mak’hul pulang, maka ia rasakan ketenangan yang telah hilang selama 30 hari.
Dari sini kita harus pahami pula, jangan jangan keresahan yang kita rasakan berasal dari dosa kita yang belum kita taubati, ada hati yang telah kita sakiti, atau akibat dari kemaksiatan yang kita lakukan selama ini.
Ingatlah kisah muhammad bin sirin, ia memiliki hutang dan tidak bisa membayarnya hingga ia di masukan kedalam penjara. Di dalam penjara, ia berfikir dan mengingat dosa apa yang telah ia lakukan. Muhammad bin sirin tidak malu mengevaluasi diri walaupun dirinya adalah seorang ulama. Begitupun yang harus kita lakukan, mental illness bukanlah sebuah aib, melainkan salah satu cara Allah sebagai sarana kita untuk mengevaluasi dan muhasabah diri.
Tahukah kita kenapa doanya para nabi dan rasul selalu terkabul ? karena mereka selalu meminta ampunan terlebih dahulu sebelum meminta hajat. Bukankah dosa, kemaksiatan dan menyakiti orang lain adalah salah satu penyebab datangnya keburukan pada diri kita sendiri ? Kita harus berani jujur kepada diri kita sendiri, bermuhasabah dan bertaubat kepada Allah.
Bukankah ada seorang wanita yang baik shalatnya, terjaga puasanya tetapi Allah haramkan masuk ke surga karena pernah menyakiti hati tetangga nya ?
Ada seorang laki laki yang menderita penyakit borok di bawah kupingnya, luka itu tidak pernah kering dan selalu membesar. Ketika sakitnya semakin berat akhirnya di bawa ke rumah sakit daerah, tetapi laki laki itu di rujuk dan di pindahkan ke rumah sakit di kota. Disamping itu laki laki tersebut mencari pengobatan alternative lain, kemudian orang yang hendak menyembuhkannya bertanya apakah laki laki tersebut memiliki dendam kepada seseorang?”, setelah di ingat ingat akhirnya laki laki tersebut memiliki dendam kepada istrinya yang pernah selingkuh dengan laki laki lain dalam 1 kampung. Kemudian laki laki tersebut di beri nasihat “Obati dulu sakitnya hati, maka sakit dibawah telinga akan sembuh”. Dipeluklah istrinya dan dimaafkan untuk membersihkan hati. Hatinya sudah berdamai dengan keadaan, laki laki tersebut pun melanjutkan pengobatannya di rumah sakit besar, tidak butuh waktu lama, lukanya mengering dan sembuh
Hal ini selaras dengan nasihat imam ibnu qayim “Mengobati penyakit fisik itu mudah, tapi mengobati penyakit hati itu sulit, dan terkadang sakitnya hati menjadi penyebab banyak datangnya penyakit fisik”
Sesi The Unpoken Scene
"All About Mindset"
Jika kita sebagai penyintas mental illness, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
-
Orang lain bukan peramal yang mengetahui kondisi kita, maka ceritakan kepada orang yang memang dapat membantu kondisi kita
-
Setiap kondisi penyakit, pastilah ada obatnya
-
Setiap apa yang di derita, maka terimalah kondisi tersebut dengan ikhlas dan sabar. Jika kita sudah dalam tahapan penerimaan yang baik, maka sudah pasti akan menggugurkan dosa dan menaikan derajat kita disisi Allah
Pada hari kiamat, manusia akan terbagi menjadi 2 :
-
Ahlul Musibah : Mereka selalu mendapat ujian, tapi mereka mendapatkan surga, kesehatan dan derajat yang tinggi
-
Ahluh Afiyah : Mereka tidak pernah mendapat ujian, mereka tidak sakit dan lainnya. Ahlul afiyah yang melihat ahlul musibah mendapatkan derajat yang tinggi, mereka berkata “hidupkan kembali kami ditengah ujian, agar kami mendapatkan derajat yang sama”
Nabi menjelaskan “Tidaklah apa yang menimpa seorang muslim dari kepedihan, kesedihan dan kebingungan, maka Allah akan menggugurkan dosanya”
Sejatinya penderitaan manusia terbagi menjadi 2, yaitu penderitaan psikis dan penderitaan fisik. Nabi menjelaskan terlebih dahulu terkait dengan sakit psikis terlebih dahulu untuk menunjukan bahwa penyakit psikis juga nyatanya penting untuk diperhatikan.
Nabi pernah menyampaikan sebuah prediksi “Tidak akan terjadi hari kiamat, sampai orang orang melewati kuburan dan berkata “coba aku dapat menggantikannya dikuburan”” Hal ini menunjukan bahwa orang orang di akhir zaman menginginkan kematian untuk terbebas dari beban fikiran yang dimilikinya
Perbedaan antara sakit dan sakit ialah dilihat dari 2 aspek. Sehat dan afiat ternyata berbeda. Sehat belum tentu afiat karena afiat di tentukan oleh ruh yang sehat dan positif. Banyak kita temui orang orang yang kondisi fisiknya sehat, tetapi tidak dengan kondisi psikisnya. Hal ini menunjukan afiat yang berantakan.
Sehingga banyak manusia yang tidak sanggup menghadapi realita saat ini, selalu menggunakan avatar dalam media internet, narkoba selalu digunakan untuk kabur dari realita kehidupan ini, sehingga mereka ingin memiliki NEW ESCAPE sebagai tempat pelarian dari kondisi realita kehidupan asli. Manusia siap menghadapi dunia virtual selama berjam jam, sedangkan hanya bertemu dengan realita kehidupannya hanya untuk makan, keperluan ke kamar kecil, shalat, tidur, selebihnya mereka kembali pada dunia virtual. Islam itu bukan hanya masalah fiqih, tetapi juga islam mengatur masalah psikis setiap hambanya. Agar manusia menjalani kehidupan dengan tenang tanpa tekanan. Agama ini sesungguhnya agama mindset.
Ingatlah Ali bin Abi thalib berduel dalam perang, kemudian ali memenangkan peperangan. Saat Ali hendak mengayunkan pedangnya untuk menebas lehernya, seketika musuh meludah pada pedang nya. Ali menghentikan duel dan tidak jadi menebas leher sang musuh. Ali berkata “Saat aku berduel dengannya, tidak ada yang aku fikirkan kecuali membela agama Allah. Namun saat ia meludah di pedangku, aku khawatir aku menebas lehernya karena amarahku bukan untuk Allah”. Hal ini menunjukan dalam kondisi seperti itu saja para sahabat masih dapat mengatur emosinya.
Sejatinya Rasulullah juga membangun mindset terlebih dahulu baru menjelaskan masalah fiqih. Mindset di bangun saat di makkah. Sementara persoalan fiqih banyak diajarkan saat di madinah. Namun, kebanyakan manusia lebih mementingkan masalah fiqih terlebih dahulu, ini lah yang menyebabkan banyak kekhawatiran dan penyakit mental karena perkara mindset di sepelekan.
Ada seorang laki laki yang bertanya kepada muadz bin jabal, “Bagaimana tanggapanmu terhadap seseorang yang selalu beribadah, namun masih ragu kepada Allah?” Muadz bin jabal kemudian menjelaskan “aku khawatir, ibadah yang dilakukannya akan terkikis dengan keraguannya terhadap Allah”, laki laki itu menjawab kembali “Bagaimana dengan orang yang shalatnya biasa saja dan ibadahnya pun biasa saja?” Muadz menjelaskan “Semoga keyakinannya kepada Allah akan menambah pahala shalat dan ibadah yang dilakukannya”
Para sahabat selalu memiliki hati yang tenang, karena memang memiliki mindset yang kuat, berbeda dengan umat muslim zaman sekarang, banyak sekali yang berdebat masalah fiqih tapi selalu menafikan dan abai terhadap masalah psikis. Maka banyak ditemui, orang yang amalannya banyak tetapi tetap memiliki hati yang selalu risau, gelisah, kecewa, dan penuh kekhawatiran.
Maka dari itu,All About Mindset. Mindset akan membangun dan menunjukan diri kita ini mau dibawa kemana, apakah jatuh dalam banyak kekhawatiran dan kekecewaan, atau menggiring kepada ketenangan yang Allah janjikan…
Itu pula yang dilakukan Allah kepada Nabi Muhammad, beliau di belah dadanya dan dibersihkan hatinya, karena hati adalah pusat dari semua perilaku yang ditimbulkan oleh fisik, psikis dan fisik saling berkaitan satu sama lainnya..