

Mosfeed Summary
This is The End (Manual)
THIS IS THE END (USTADZ OEMAR MITA)
TELAH DATANG MASA FITNAH
USTADZ OEMAR MITA
Diutusnya Rasulullah pada kehidupan yang itu menjadi referensi kehidupan kita adalah merupakan hadiah terindah dari Allah. Dari Rasulullah, kita mengetahui bagaimana cara menjalani kehidupan di waktu pagi, siang, dan malam, kita juga mengetahui bagaimana sikap yang harus kita ambil ketika melewati masa-masa berat, ketika perputaran dunia sudah mulai mendekati finishnya.
Tingkat keimanan tidak hanya berbicara tentang masalah shalat, tapi salah satu bentuk keimanan adalah membicarakan waktu dan kondisi ketika kita hidup pada suatu zaman. Karena sesungguhnya setiap waktu memiliki karakteristik dan pola hidup yang tentu berbeda dengan waktu yang lainnya.
Waktu pagi dan siang hari tentulah pasti diisi oleh peribadahan tertentu, setiap waktu tidaklah sama. Itu akan membedakan sikap yang harus kita lewati ketika berada di antara waktu siang dan malam. Begitupula dengan kondisi kita untuk beribadah, kondisi saat lapang berbeda dengan kondisi sempit, kondisi yang damai berbeda dengan kondisi pada masa yang genting, dan itulah yang harus dipahami.
Begitupula saat kita menghadapi zaman fitnah. Ruang waktu yang saat ini memiliki karakteristik sangat unik dibandingkan ruang waktu sebelum terjadinya fitnah. Pada masa ini pemikiran manusia terbagi menjadi 3 kelompok :
Kelompok Pertama, sebagian manusia tidak peduli ketika mereka berada pada zaman fitnah, tidak mengerti tentang arti fitnah, tidak ada yang membuat mereka gelisah dan terpikir dengan zaman fitnah. Bagi mereka waktu hanyalah angka deret, dan mereka meremehkan zaman fitnah itu seperti apa. Kalau finansial mereka beres, maka semuanya beres, mereka puas dan tidak peduli selain dari kepuasan mendapatkan materi dan finansial. Akhirnya mereka termasuk kedalam orang-orang semacam ini akan lalai, "Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat)." (QS. Al-Anbiya' : 1).
Kelompok Kedua, kelompok yang mengetahui mereka hidup pada zaman fitnah. Tetapi mereka memiliki sebuah sikap yang ekstrem, terlalu pesimis dan putus asa. Karena zaman fitnah akan mempertemukan kita dengan kejadian yang tak terduga, berbagai macam perkara yang tidak pernah terpikirkan dan terjadi hari ini. Mereka menganggap bahwa gelapnya fitnah yang terjadi pada waktu mereka hidup, seakan-akan kegelapan itu tidak ada fajar yang datang menggantikan malam.
Mereka termasuk kedalam orang-orang yang pesimistis, yang terkadang bisa mengatakan sebuah perandaian, mereka menganggap bahwa kalau mereka hidup pada zaman Rasulullah akan lebih ringan daripada zaman fitnah, tentunya itu salah. Allah tidak pernah salah untuk menempatkan orang pada waktu ketika Allah telah melahirkan dirinya
Kelompok Ketiga, kelompok yang mereka paham dan sadar telah berada pada zaman fitnah. Memang tidak idealis, mereka juga tidak bergembira karena tidak ada orang shalih yang bergembira ketika mereka berada di zaman fitnah. Mereka berusaha mencari petunjuk dari apa yang mereka dapatkan dari Allah & Rasul Nya.
Konsep keimanan itu sederhana, semakin jauh dari fitnah, sebagaimana semakin jauh dari bara api. Kenyataan yang terjadi, kita memang hidup di zaman fitnah, tapi juga tidak pesimistis & menganggap gelap semua perkara. Allah selalu memberikan petunjuk untuk keluar dari sebuah permasalahan yang pelik. Tidak akan membahayakan sebuah penyakit selama kita memiliki obat dengan dosis yang tepat untuk tubuh kita ini.
"Wahai orang -orang yang beriman! Jagalah dirimu, karena orang yang sesat itu tidak akan membahaya -kanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semuanya akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah : 105). Ruh dan inti pada ayat ini terletak pada kata 'petunjuk', dan inilah kata kunci yang harus kita pegang.
Mereka ini adalah kelompok yang betul-betul berusaha mencari petunjuk ketika mereka berada pada zaman fitnah, karena sadar bahwa mereka ditakdirkan menjadi pelaku kehidupan pada zaman fitnah. Saat semua kembali pada petunjuk, ketenangan akan datang, karena semua peristiwa telah disabdakan dan diisyaratkan oleh Rasulullah, dan itulah sebenar benarnya petunjuk.
Petunjuk tersebut akan menghindarkan kita dari musibah dalam agama. Musibah tersebut terbagi menjadi 2 yaitu, musibah di kehidupan dunia dan musibah di kehidupan akhirat. Ada doa Rasulullah terkait dengan musibah. Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan "Allahumma la taj'al musibatana fii dinina." Yang artinya "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan musibah yang menimpa kepada kami itu musibah dalam perkara agama."
Sesungguhnya musibah di dalam perkara agama itu merupakan musibah yang paling berat dalam kehidupan manusia. Merusak kompas kehidupan di dunia, merusak keselamatan kita dalam kehidupan akhirat kalau kita mendapat musibah agama. Salah satu yang mampu menyelamatkan kita dari musibah agama adalah dengan memahami petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya.
Para ulama menyampaikan betapa besarnya perhatian Rasulullah terhadap masalah fitnah, yang menunjukan bahwa hl tersebut adalah bagian dari masalah besar & sangat genting. Ada beberapa hadits yang menjabarkan tentang fitnah yang disampaikan oleh Rasulullah, diantaranya ialah:
HADIST PERTAMA
Hadits tentang Malaikat Jibril yang merupakan hadits pokok dalam kehidupan. Ketika para sahabat bersama Rasulullah, datang seorang musafir/pengembara. Pada tubuh pengembara ini tidak tampak bagaimana sisa-sisa perjalanan safarnya, tidak ada debu dan kotoran pada pakaian putihnya. Kemudian dia mendekatkan lututnya pada lutut Rasulullah dan bertanya tentang Islam, iman, dan Ihsan pada Rasulullah, dan Rasulullah pun menjawab semua pertanyaannya
Ketika setelah bertanya tentang Islam, iman, dan ihsan, dia kemudian mengatakan, "Tolong Ya Rasulullah, sampaikan kepada kami tentang hari kiamat." Jawaban Rasulullah menunjukkan kecerdasannya, "Sesungguhnya yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya." Ternyata jawaban ini tidak menjadikan Malaikat Jibril yang berwujud seorang pengembara ini berhenti untuk bertanya."Kalau begitu Ya Rasulullah, jelaskan apa itu tanda-tanda kiamat." Rasulullah menjawab, "Kalau melihat ada seorang budak melahirkan anak majikannya, ada seseorang telanjang kaki, tidak berbaju, menggembala kambing, tetapi mereka sudah berlomba-lomba untuk meninggikan bangunan." Setelah jawaban itu disampaikan, maka Malaikat Jibril akhirnya pergi.
Akhirnya Rasulullah bertanya kepada Umar, "Umar, kamu tahu tidak siapa yang bertanya tadi?" Umar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu wahai Rasulullah." Rasulullah mengatakan, "Itu Jibril wahai Umar, datang pada kalian untuk mengajarkan tentang agama." Artinya, Malaikat Jibril menempatkan bagaimana pokok agama untuk memberikan kepada kita sebuah kesadaran yang menggugah bahwa persoalan hari kiamat sebagaimana pentingnya persoalan ihsan, iman, dan Islam.
Malaikat Jibril memiliki 1001 kesempatan untuk bertanya pada tema yang lain. Tapi Malaikat Jibril bertanya tentang tanda kiamat, untuk menjelaskan & menggugah kesadaran kita bahwa mengetahui tanda kiamat itu penting. Karena sampai malaikat pun diutus oleh Allah jadi seorang pengembara, datang kepada Rasulullah, lalu dijawab oleh Rasulullah sebagai ilmu. Dan semua yang ditanyakan Malaikat Jibril itu merupakan pokok agama. Percakapan mereka adalah percakapan di antara 2 makhluk yang paling mulia di langit dan bumi, tentunya itu percakapan yang sangat penting pada kehidupan mereka yang beriman kepada 2 makhluk ini.
Dr. M. Ahmad Al-Mubayyadh mengatakan, seakan-akan pertanyaan dari Malaikat Jibril itu ditujukan untuk mengembalikan ingatan para sahabat yang mungkin lupa bahwa melihat tanda-tanda kiamat merupakan sebuah perkara yang seharusnya hidup setiap waktu dalam kehidupan orang yang beriman kepada Allah.
HADIST KEDUA
Hadits lainnya merupakan hadist panjang yang pernah disabdakan oleh Rasulullah dalam satu momentum yang tidak terputus ketika memberikan pendidikan kepada para sahabat adalah hadits yang menceritakan tentang fitnah. Hudzaifah Ibnul Yaman menyampaikan riwayat yang juga disampaikan dalam riwayat Amru bin Akhtab bahwa Rasulullah pernah berkhutbah dari setelah Subuh, beliau berdiri di antara mimbar khutbahnya, bercerita panjang lebar tentang peristiwa di masa lampau, peristiwa yang terjadi pada hari itu, dan peristiwa yang akan terjadi sampai hari kiamat ditegakkan.
Disampaikan oleh Rasulullah di atas mimbarnya dari setelah Subuh sampai waktu Dzuhur. Banyak para sahabat berprasangka sebentar lagi akan selesai, tapi setelah selesai shalat Dzuhur, beliau melanjutkan kembali sampai Ashar. Ternyata setelah shalat Ashar, beliau berdiri kembali menyambung sampai datang waktu Maghrib baru berhenti. Padahal karakter Rasulullah ketika berkhutbah itu singkat, salah satu tanda kepahaman orang di dalam fiqih berkutbah, maka khutbahnya pendek, karena manusia memiliki kecenderungan untuk cepat bosan.
Rasulullah keluar dari konteks kebiasaannya yang biasanya khutbahnya pendek. Makanya beliau memiliki gelar "Jawwami'ul Kalim" yang artinya perkataan Rasulullah itu pendek tetapi mencakup makna yang sangat dalam. Tapi untuk konteks hari kiamat dan zaman fitnah, Rasulullah tidak menyampaikan dalam bentuk yang pendek, itu menunjukkan kepada kita tentang banyak pelajaran, diantaranya ialah :
-
Rasulullah keluar dari kebiasaan/kulturnya, menunjukan adanya sesuatu yang sangat penting.
-
Hal tersebut menyiratkan bahwa Rasulullah sangat sayang kepada umatnya, dan itulah yang menjadikan beliau memberikan penjelasan panjang dan tidak mau umatnya tidak memahami pelajaran yang sebenarnya ini harus betul-betul mereka pahami di dalam kehidupan.
-
Rasulullah menunjukkan kasih sayang nya dengan menyampaikan dengan jelas untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan. Para ulama mengatakan, "Hutang kita kepada Rasulullah lebih besar daripada hutang kepada ibu dan bapak." Secara tidak langsung kalau kita paham tentang zaman fitnah, kita merasakan hangatnya kasih sayang Rasulullah.
-
Para sahabat aktif bertanya ketika Rasulullah menyampaikannya. Hal ini menunjukkan minat para sahabat sangat besar terhadap apa yang disampaikan Rasulullah.
-
Menunjukkan bahwa Rasulullah begitu memiliki perhatian yang besar terhadap masalah fitnah, dan itu disampaikan dalam bentuk jalan keluarnya beliau dari kultur kebiasaan beliau dalam berkhutbah.
Hudzaifah Ibnul Yaman juga menyampaikan bahwa para sahabat sering berdialog tentang akhir zaman. Dari riwayat Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari dijelaskan bagaimana para sahabat pernah duduk dan membicarakan tentang akhir zaman, sampai didatangi Rasulullah.
Umar bin Khattab pernah mengumpulkan para sahabat dan bertanya siapakah yang menghafal hadits tentang fitnah yang disampaikan Rasulullah? Hudzaifah mengangkat tangan & berkata, "Saya wahai Umar, sesungguhnya setiap manusia mendapatkan fitnah pada dirinya dan keluarganya, yang akan dihapus dengan dia memperbanyak shalat, puasa, sedekah, dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar.”
Namun yang dimaksud oleh Umar ternyata bukan itu, yang dimaksud adalah fitnah besar sebagaimana gelombang air laut yang menerjang setiap rumah dan tidak ada rumah kecuali dimasuki gelombang fitnah tersebut. Hudzaifah berkata, "Tenang wahai Umar, antara dirimu dengan fitnah ada pintu penjaganya." Umar bertanya kembali, "Pintu itu nanti akan rusak sendiri atau dirusak?" Dijawab, "Pintu akan dirusak." Maksud dari percakapan tersebut adalah, Umar bin Khattab adalah penjaga fitnah. Sesungguhnya ketika Umar bin Khattab masih hidup, fitnah itu terjaga di atas langit-langit kehidupan, tapi ketika Umar dibunuh olrh Abu Lu'lu' Al Majusi, maka fitnah itu menerjang pada seluruh kehidupan manusia.
Zaman fitnah itu adalah sebuah penyakit, tidaklah Allah turunkan kepada manusia, kecuali Allah memberi obat penawarnya. Zaman fitnah adalah perkara yang berat tapi juga merupakan bagian dari ujian Allah kepada setiap manusia. Termasuk di antara deretan obat getirnya zaman fitnah adalah ketika menggunakan salah satu kekuatan besar yang Allah lisankan kepada Rasul, "Doa merupakan senjata orang yang beriman."
Dalam riwayat Imam Ahmad, Rasulullah pernah ber doa dengan doa yang berkaitan dengan akhir zaman untuk meraih keselamatan ketika berada pada zaman fitnah, "Allahumma inni as'aluka fi'lal khairati wa tarkal munkarati wa hubbal masakin wa antaghfirali wa tarhamani wa antatuba alayya wa in aradta fitnata qaumin faqbidni ilaika ghaira maftunin. Allahumma inni as'aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa hubba amalin yuqarribuni ila hubbika.
"Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kekuatan untuk melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin dan Engkau mengampuni diriku, merahmati diriku, menerima taubatku, dan kalau Engkau ya Allah, akan menetapkan fitnah yang menimpa kepada kehidupan manusia, wafatkan aku ya Allah, sebelum manusia itu mendapatkan fitnah dan fitnah itu tidak menimpa kepada diriku Aku mohon kepada-Mu, cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintaiMu, dan amalan yang paling Engkau cintai, ya Allah supaya mendekatkan aku kepada cinta-Mu."