Mosfeed Summary

Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran)

11 Session - 1.6K Views
Rp 108.900
Part 1

GHAZWUL FIKRI (USTADZ AKMAL SJAHFRIL)

HAKIKAT GHAZWUL FIKRI

Ustadz Akmal Sjafril

 

MEMAKNAI GHAZWUL FIKRI

Ghazwul Fikri artinya perang pemikiran, berasal dari 2 kata yaitu : 'Ghazwah' (perang) dan 'Fikrah' (pemikiran). Banyak orang beranggapan bahwa Ghazwul Fikri itu identik dengan teori konspirasi. Konspirasi itu memang ada dari dulu sampai sekarang, bahkan sampai akhir zaman. Hanya saja, tidak semua masalah umat ini berasal dari konspirasi, kalaupun musuh berkonspirasi, tetap saja harusnya kita sebagai muslim yang menang. Karena dalam Al-Qur'an tidak pernah membandingkan orang mukmin dengan orang kafir itu 1:1, kita dijanjikan dengan perbandingan 1:10 harusnya kualitas orang mukmin jauh di atas orang kafir

 

Konspirasi memang ada, seperti dalam Sirah Nabawiyah, misalnya ada perang Ahzab, ketika kaum musyrikin di Makkah berkonspirasi dengan kaum Yahudi dari Khaibar, juga dengan Bani Quraidzah di Madinah, serta kabilah-kabilah di sekitar Madinah. Tidak seharusnya menjadikan konspirasi sebagai jawaban dari semua masalah kita, karena bisa jadi masalahnya di dalam diri kita sendiri.

 

Disisi lain orang juga berfikir bahwa Ghazwul Fikri ini fenomena akhir zaman, padahal dari awal zaman pun sudah ada. Seperti dalam surah Al-Hijr ada dialog antara Iblis dengan Allah, "Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. Al-Hijr : 39). Kerjaan iblis memang membuat kita bingung, karena segala hal yang maksiat akan terlihat indah

 

Sejak awal, iblis memang sudah mengacaukan pikiran, iblis tidak muncul di depan mata kita untuk mengajak kita tidak shalat, tapi iblis masuk ke dalam dada kita, lalu ketika adzan berkumandang, iblis seakan mengatakan, "Baru adzan, santai saja." Begitu pula ketika iqamah dan mulai shalat, mereka akan membisikkan dan membuat kita menunda-nunda shalat. Sekali digoda, yang kedua lebih lancar, yang ketiga lebih lancar lagi, dan yang keempat setan tidak perlu berbuat apapun

 

Kita dirusak dari pemikiran, karena memang dari awal yang diincar adalah pemikiran kita. Jadi, Ghazwul Fikri bukan fenomena akhir zaman, karena dari awal zaman pun demikian adanya. Sejak zaman para Nabi dan Rasul pun mereka berdebat dengan musuh-musuhnya dan menghadapi orang-orang yang menyerang pemikiran.

 

PERANG (SEBUAH KONFRONTASI)

Ghazwul Fikri adalah perang pemikiran, mari kita bahas kata “perang”, Jika didefinisikan secara sederhana, perang adalah sebuah konfrontasi yang terencana dengan tujuan penaklukkan, definisi ini masih bisa dibedah sebagai berikut:

 

  1. Pertama, Konfrontasi artinya bentrok, disini bisa dilihat betapa dahsyatnya Ghazwul Fikri bekerja. 

Di antara umat muslim sekarang ini, banyak dari mereka yang tidak berani berdebat, beragumen, berbeda pendapat dengan orang lain, bahkan tidak berani juga untuk marah. Misalnya saja saat kita melihat Al-Qur'an dinistakan, Rasulullah dihina, Islam direndahkan, akan selalu ada yang mengatakan, "Rasulullah dulu juga disakiti, tapi beliau balas mendoakan." Bukti Rasulullah selalu mendoakan orang yang menyakitinya adalah ketika Rasulullah hijrah ke Thaif, pergi berdua dengan Zaid bin Haritsah. Beliau ingin berdakwah untuk kabilah terbesar disana yaitu Bani Tsaqif. Setelah beberapa hari beliau di Thaif, akhirnya ditolak, dihina, diusir oleh orang-orang Thaif. Bahkan mereka perintahkan anak-anak kecil untuk menimpuk Rasulullah sampai terluka. Singkat cerita datang malaikat penjaga gunung yang bertanya kepada Rasulullah, "Apa engkau berkenan jika gunung ini ditimpakan pada penduduk Thaif?" Tetapi Rasulullah tidak mengharapkannya, beliau mengatakan, "Kalau hari ini mereka menolak dakwah, semoga kedepan ada di antara keturunan mereka yang akan menjadi pendukung dakwah." Sungguh luar biasa ketika Rasulullah disakiti, tapi beliau membalas dengan doa.

 

Sesungguhnya Rasulullah tidak selalu bersikap demikian, ada saat tertentu dimana Rasulullah justru mendoakan azab kepada orang yang menyakitinya. Contohnya ketika Rasulullah shalat di depan Ka'bah, ternyata ada seseorang bernama Uqbah bin Abu Mu'id yang diperintahkan Abu Jahal untuk menumpahkan kotoran unta ke punggung beliau ketika sujud. Fatimah kemudian membersihkan punggung beliau, setelah itu baru beliau bangkit dari sujud dan menyelesaikan shalatnya. Setelah shalat, Rasulullah berdiri mendekat ke arah Ka'bah dan berdoa dengan suara yang keras, "Ya Allah, tolong hukum orang-orang Qurais ini." Seisi Masjidil Haram mendengar dan semua ketakutan, karena mereka tahu bahwa doa Rasulullah diijabah di tempat itu. Rasulullah pun mengulangi doanya lebih terperinci lagi, menurut kesaksian dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah menyebut 7 orang pemimpin Quraisy yang di doakan agar mendapatkan azab. Dan semua nama tersebut mati di perang Badar.

 

Disinilah pentingnya belajar Sirah Nabawiyah, kalau kita pelajari dengan benar, tenang, diresapi, dipikirkan secara mendalam, baru kita bisa menemukan konteksnya. Dari kurangnya pengetahuan ini yang membuat kita tidak siap menghadapi konfrontasi dan lemah dalam Ghazwul Fikri, karena kita merasa tidak boleh melawan. Merasa kalau marah berarti lemah dan kurang bersabar, tidak demikian. Kalau kita harus selalu bersabar, maka Islam tidak bisa dijalankan oleh siapapun, ada saatnya harus melawan.

 

  1. Kedua, Sebuah Konfrontasi yang terencana

Perang adalah konfrontasi yang terencana. Banyak sekali yang kalah dalam perang pemikiran ini karena kita tidak memiliki perencanaan. Catatan bagi lembaga dakwah, bahwa lembaga dakwah bukalah Event Organizer yang mengulang acara yang sama, topiknya tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Padahal masalah umat ini berubah dari waktu ke waktu. Maka, semua lembaga-lembaga dakwah harus duduk bersama dan berdiskusi tentang apa yang dibutuhkan oleh umat sekarang ini. Karena kondisi sekarang tidak sama dengan zaman dulu, oleh karena itu, masalah yang menjangkit umat di masa sekarang juga harus dihandle dengan cara khusus, dan disinilah butuh sebuah perencanaan. Contoh masalah Ghazwul Fikri adalah "Kristenisasi". Kita perlu tahu bahwa misionaris dicetak di sekolah-sekolah Teologi dengan ratusan lulusan setiap tahunnya. Sementara kita hanya bisa berbangga dengan adanya orang seperti dokter Zakir Naik. Jelas beliau membanggakan, beliau lebih hafal bible daripada orang Kristen sekalipun, tapi masalahnya, dimana sekolah yang mencetak orang seperti beliau? Ternyata tidak ada.

 

Ini sebuah masalah yang harus diperhatikan, orang-orang yang hendak mengeluarkan kita dari agama kita ada sekolahnya, tapi dari kalangan kita seabgai muslim, justru tidak berpikir mendirikan sekolah untuk keperluan semacam itu, atau banyak yang tidak berpikir ke arah situ. Berapa banyak yang digunakan untuk menyekolahkan para da'i agar mereka bisa menjawab tantangan akhir zaman dan umat masa kini. Berapa banyak yang kita sekolahkan khusus agar bisa membantah kata-kata orientalis? Disinilah kita lihat bahwasannya umat kita masih bermental tawuran, belum berpikir seperti perang yang terencana

 

Dalam Ghazwul Fikri, sebuah perencanaan tidak bisa dilakukan sembarangan, perencanaan harus dilakukan dengan ilmu. Pada dasarnya semua perang, baik perang fisik sekalipun juga dengan perencanaan yang sangat matang. Oleh karena itu, perang pemikiran juga harus dengan matang kita pikirkan.

 

TUJUAN GHAZWUL FIKRI

Ghazwul Fikri dilakukan oleh musuh karena mereka ingin menaklukkan umat muslim, baik dari segi ideologis/industrialis. Maksud ideologis adalah mereka ingin kita berpikir seperti mereka, mengikuti ideologinya. Ada juga yang berpikir industrialis, karena bagi mereka umat muslim merintangi bisnis mereka. Kalau selama umat muslim masih taat dengan agamanya, maka bisnis seperti hal nya judi tidak bisa berkembang, minuman keras tidak laku, pornografi tidak bisa hidup. Tapi kalau kita umat muslim sudah lemah memegang agama ini, maka semua bisnis itu bisa muncul.

 

Pada dasarnya mereka ingin menaklukkan umat muslim, dan kita juga harus mengerti bahwa ini adalah masalah yang sangat urgent untuk diperhatikan, artinya kita tidak bisa memilih karena perang pemikiran ini ada di semua lini, walaupun kita tidak ingin terlibat, tapi serangan pemikiran muncul di televisi dan media sosial, sementara anak-anak kita juga mengkonsumsinya.

 

Kita juga harus paham bahwa hal-hal yang 'tidak urgent' tidak boleh menghalangi kita. Terkadang kekalahan umat muslim adalah karena kita sibuk dengan masalah kita sendiri, seringkali kita masih disibukkan dengan perdebatan-perdebatan Khilafiah, masalah ikhtilaf yang sebenarnya tidak harus menjadi masalah besar.

 

CARA MEMENANGKAN PERANG PEMIKIRAN

Fikrah artinya pemikiran, musuh berusaha mencekoki kita dengan cara berpikir mereka dan ingin kita berpikir seperti mereka, dengan cara itu mereka sukses. Mereka tidak perlu membunuh dan perang fisik, tapi mereka ingin kita mengikuti cara pikir mereka. Maka, dalam Ghazwul Fikri, senjatanya adalah pemikiran, sasarannya adalah pemikiran juga, tidak ada korban jiwa, yang ada hanya korban pemikiran.

 

Dalam fenomena perang pemikiran ini, maka solusinya sederhana, namun tidak mudah. Karena yang menang adalah yang pemikirannya paling tajam, dan mendalam. Jangan mengira bahwa karena kita beriman & beramal shalih maka kita wajib menang, karena bukan itu yang menjadi takaran dalam perang pemikiran ini

 

Karena perang pemikiran ini hanya bisa dimenangkan dengan ilmu, maka tugas kita itu belajar. Memang sederhana kalau hanya belajar, tapi untuk menjadi lebih pintar tidak bisa hanya dalam semalam saja. Ada tahapan untuk menjadi pintar :

  1. Menyukai buku dan memiliki perpustakaan mini dirumah

  2. Mengikuti kajian-kajian para asatidz, kita datang ke kajian yang berkualitas

  3. Kita ganti kesibukan bermedia sosial kita dengan membaca. 

  4. Membiasakan diri hadir dalam diskusi-diskusi yang berbobot

itulah bagaimana cara kira dalam menambah ilmu. Karena kunci dalam pemikiran adalah ilmu, bukan yang lain. Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak belajar, baik alasan sudah terlalu tua, terlalu bodoh, dll. Kita tak boleh merendahkan diiri sendiri, karena sebenarnya kita sanggup untuk belajar, hanya saja memang belajar tidak bisa dalam semalam. Jangan kecewa kalau setelah belajar dan keesokan harinya belum bertambah pintar, itu tidak masalah, tapi kalau kita bertekad lama-lama juga akan berubah dengan ridha Allah.

 

Ada sebuah ayat yang memperlihatkan Ghazwul Fikri dengan sangat apik sekali, Allah berfirman, "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan merelakan kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah." (QS. Al-Baqarah : 120)

 

Islam bukan agama yang 'paling benar', tapi Islam adalah agama yang 'benar'. Karena kalau yang 'paling benar', berarti ada yang lain juga benar. Maka Islam itu yang 'benar', yang lain 'salah'. Mengapa? Memang dari agama lain ada kebenaran, tapi kesalahannya paling fatal, mereka tidak menjadikan Allah sebagai Illahnya, itu membuat semua kebaikan menjadi seperti buih. "Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun." (QS. An-Nur : 39)

 

Ilmu-ilmu di Barat saat ini berantakan, bangsa bangsa Barat adalah penjajah yang paling kejam. Imu mereka hanyalah hawa nafsu saja, tidak benar-benar ilmu, terlihat meyakinkan, padahal tidak dipraktekkan. Ini bedanya dengan Islam yang merujuk pada Allah dan RasulNya, karena apapun yang Rasulullah katakan, beliau sudah melakukannya. Sedangkan di Barat, banyak orang membuat teori tapi dia tidak melakukannya.

 

Di era saat ini mencari ilmu bukanlah hal yang sulit, yang sulit adalah menyaring ilmu dan informasi. Masalah ini memang berat, dan yang berat ini tidak bisa kita pikul sekaligus, harus kita pikul pelan-pelan secara bertahap dan sesuai kemampuan. InsyaAllah kemenangan sudah Allah janjikan, tidak perlu khawatir karena pasti kita akan menang, tapi yang kita belum tahu adalah waktunya kapan? Wallahu a'lam bishawab

 

Please order to continue read
IDR 108.900
Login & Order